Potret taqwa anda sa’at berpuasa
(mata
rantai I nasehat ramadhan)
Sejatinya
taqwa memang merupakan kata kunci, disaat mengharapkan noda dan dosa yang kita
miliki segera dimaafkan, dikala kerinduan terhadap surga kian tak tertahankan,
dan ketika danbaan besar untuk melihat
wajah Allah, dimana ini adalah karunia surgawai yang paling teristimewa terus
memenuhi do’a dan harapan, maka taqwa yang sejati akan menunjuki semua asa yang
dinanti.
Momentum
Ramadhan sebagai bulan berkah, laksana
sebuah pesawat yang akan menerbangkan anda dengan tujuan surga, mengharuskan
anda memetuhi beberapa aturan penerbangan agar bisa selamat sampai destinasi
akhir. Sebagai seorang muslim, mematuhi aturan yang telah di gariskan adalah
sesuatu yang bersifat absolut dan mengikat, serta merupakan kosekwensi keimaman
yang nyata. Aturan dan norma ilahi
inilah yang kita kenal dengan syari’at.
Al-Baqarah
ayat 185 mengisyaratkan, betapa puasa akan menjadikan pribadi-pribadi muslim
menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa, sebagai cikal bakal penghuni surga dan
syarat diterimanaya suatu amalan. Allah
Subhanahu wata’ala menegaskan “ sesungguhnya Allah hanya akan menerima amalan
dari seorang yang bertaqwa kepadanya”(Q.S al-maidah 27). Demikianlah..! karena
taqwa adalah mengerjakan segala perintah dengan meninggalkan segala larangan,
berbuat keta’atan karena Allah berdasarkan nur dari Allah, karena mengharapkan
pahala Allah, dan meninggalkan maksiat kepada Allah karena nur dari Allah
karena takut siksa Allah.
Sesungguhnya
dalam diri rasulullah shalallhu alaihi wasallam suri tauladan yang paling
sempurna dalam hal ketha’atan, dibulan ramadhan beliau menyampaikan kabar
gembira kepada khalayak, meminta mereka bersiap menyambut datangnya bulan
berkah, dengan mengatakan wahai para”pencari kebaikan bersiaplah dan wahai
pecandu kejelekan jeralah”,beliau juga mengajak kerabat dan keluarga untuk
lebih memaknai ramadhan dengan meningkatkan intensitas amalan, baik siang
maupun malam, bahkan beliau menjelaskan sungguh bagi perindu dan praktisi puasa, buat mereka surga
nan indah sebagai hadian special yang bernama rayyan.
Aisyah
ummul mukminin menceritakan” adalah rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
bersungguh sungguh dalam beribadah pada sepuluh akhir bulan ramadhan tidak
seperti bulan yang lainnya.(H.R Muslim no 2009) yang demikian karena antara
puasa dan ketaqwaan memiliki relasi yang sangat jelas, saat berpuasa, seseorang
dituntut untuk mengekang syahwat dan subhat, sebagaimana dia diharuskan untuk
menekan keinginan dan nafsu amarah yang seringkali menjerumuskan manusia,
seraya diminta untuk tawajjuh hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Sebagaimana
Allah mewasiatkan orang-orang sebelum kita dan kepada kita, agar senantiasa
bertaqwa kepada Allah, demikian juga Allah subhanahu wata’ala mewajibkan kepada
kita puasa, sebagaimana telah diwajibkannya hal tersebut kepada orang-orang
sebelum kita, dengan alasan yang sangat prinsip bahwa puasa akan melahirkan pribadi-pribadi
yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.Hasan al-bashri mengatakan: ia
demi Allah, puasa telah ditetapkan kepada umat-umat sebelum kita sebagaimana
diwajibkan kepada kita sebulan penuh.
Detik-detik
yang kita lalui dibulan puasa memang selayaknya kita isi dengan berbagai amal
kebajikan dan amal soleh agar tidak termasuk orang yang merugi, dalam salah
satu hadist nabi salahhu alaiwasallam bersabda:
رغم أنف من ادركه رمضان فلم يغفر له (اخرجه اخمد وغيره وصححه البانى
فى صحيح الترغيب 1680)
Artinya: Merugilah orang yang mendapatkan bulan suci
ramadhan sementara dosa-dosanya belum di ampuni (H.R Ahmad dan yang lainnya,
serta di sahihkan albani dalam sahih al-targib 1680).
Sahabat
yang mulia Abu Darda’ berusaha mendiskripsikan taqwa dengan sebuah ungkapan yang yang
menggambarkan hakikat taqwa, beliau mengatakan: Taqwa adalah jika seorang hamba
takut kepada Allah subhanahu wata’la, sehingga takutnya itu pada hal yang
sekecil biji sawi, bahkan sampai dia tinggalkan sesuatu yang ia melihatnya
halal, karena takut akan berubah menjadi halal dan kemudian akan menjadi
penghalang, sesungguhnya Allah subhanahu wata’la telah menjelaskan kepada
hambaNya danpak akhir dari suatu perkara”Barang siapa yang berbuat kebajikan
sebesar biji sawi dia akan melihatnya, dan barang siapa yang berbuat kejelekan
sebesar biji sawi dia akan melihatnya”(Q.S Zilzalah 7-8).
Dalam
ungkapan tersebut mengandung makna: janganlah anda meremehkan perbuatan baik
sekecil apapun yang hendak anda kerjakan, dan jangan pula menganggap ringan sekecil
bagaimanapun perbuatan buruk yang hendak anda tinggalkan, karena semua akan
mendapatkan ganjaran yang setimpal dari perbuatan tersebut.
Saudaraku..!
kesempatan tidak datang dua kali, kesehatan berkurang dalam hitungan hari, dan
ajalpun datang tanpa harus perminsi, kenapa tidak ramadhan kali ini bak
ramadhan terakhir yang bisa kita lalui? agar kita berhati-hati bagaikan
berjalan pada jalanan penuh duri, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah
ditanya pendapatnya tentang taqwa, beliau balik bertanya kepada sang penanya:
pernahkah anda melalui jalanan penuh duri? Penanya mengatakan ia, beliau
kembali bertanya: apa yang kamu lakukan? Penanya mengatakan: jika saya melihat
duri saya akan miringkan,jauhkan,atau pendekkan langkah saya, beliau
mengatakan: itulah taqwa.
Semoga
anda termasuk orang yang berpuasa dengan penuh kehati-hatian, mengerjakan
kebajikan sekecil apapun dan meninggalkan maksiat seringan apapun, karena orang
yang bahagia adalah orang yang bisa melaksanakan perintah menjauhkan larangan,
semoga.
Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI
Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar
No comments:
Post a Comment