Wednesday, June 7, 2017

Potret taqwa anda sa’at berpuasa


Potret taqwa anda sa’at berpuasa
(mata rantai I nasehat ramadhan)
Sejatinya taqwa memang merupakan kata kunci, disaat mengharapkan noda dan dosa yang kita miliki segera dimaafkan, dikala kerinduan terhadap surga kian tak tertahankan, dan ketika danbaan  besar untuk melihat wajah Allah, dimana ini adalah karunia surgawai yang paling teristimewa terus memenuhi do’a dan harapan, maka taqwa yang sejati akan menunjuki semua asa yang dinanti.
Momentum Ramadhan sebagai bulan  berkah, laksana sebuah pesawat yang akan menerbangkan anda dengan tujuan surga, mengharuskan anda memetuhi beberapa aturan penerbangan agar bisa selamat sampai destinasi akhir. Sebagai seorang muslim, mematuhi aturan yang telah di gariskan adalah sesuatu yang bersifat absolut dan mengikat, serta merupakan kosekwensi keimaman yang nyata.  Aturan dan norma ilahi inilah yang kita kenal dengan syari’at.
Al-Baqarah ayat 185 mengisyaratkan, betapa puasa akan menjadikan pribadi-pribadi muslim menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa, sebagai cikal bakal penghuni surga dan syarat diterimanaya suatu amalan.  Allah Subhanahu wata’ala menegaskan “ sesungguhnya Allah hanya akan menerima amalan dari seorang yang bertaqwa kepadanya”(Q.S al-maidah 27). Demikianlah..! karena taqwa adalah mengerjakan segala perintah dengan meninggalkan segala larangan, berbuat keta’atan karena Allah berdasarkan nur dari Allah, karena mengharapkan pahala Allah, dan meninggalkan maksiat kepada Allah karena nur dari Allah karena takut siksa Allah.
Sesungguhnya dalam diri rasulullah shalallhu alaihi wasallam suri tauladan yang paling sempurna dalam hal ketha’atan, dibulan ramadhan beliau menyampaikan kabar gembira kepada khalayak, meminta mereka bersiap menyambut datangnya bulan berkah, dengan mengatakan wahai para”pencari kebaikan bersiaplah dan wahai pecandu kejelekan jeralah”,beliau juga mengajak kerabat dan keluarga untuk lebih memaknai ramadhan dengan meningkatkan intensitas amalan, baik siang maupun malam, bahkan beliau menjelaskan sungguh bagi  perindu dan praktisi puasa, buat mereka surga nan indah sebagai hadian special yang bernama rayyan.
Aisyah ummul mukminin menceritakan” adalah rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersungguh sungguh dalam beribadah pada sepuluh akhir bulan ramadhan tidak seperti bulan yang lainnya.(H.R Muslim no 2009) yang demikian karena antara puasa dan ketaqwaan memiliki relasi yang sangat jelas, saat berpuasa, seseorang dituntut untuk mengekang syahwat dan subhat, sebagaimana dia diharuskan untuk menekan keinginan dan nafsu amarah yang seringkali menjerumuskan manusia, seraya diminta untuk tawajjuh hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Sebagaimana Allah mewasiatkan orang-orang sebelum kita dan kepada kita, agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, demikian juga Allah subhanahu wata’ala mewajibkan kepada kita puasa, sebagaimana telah diwajibkannya hal tersebut kepada orang-orang sebelum kita, dengan alasan yang sangat prinsip bahwa puasa akan melahirkan pribadi-pribadi yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.Hasan al-bashri mengatakan: ia demi Allah, puasa telah ditetapkan kepada umat-umat sebelum kita sebagaimana diwajibkan kepada kita sebulan penuh.
Detik-detik yang kita lalui dibulan puasa memang selayaknya kita isi dengan berbagai amal kebajikan dan amal soleh agar tidak termasuk orang yang merugi, dalam salah satu hadist nabi salahhu alaiwasallam bersabda:
رغم أنف من ادركه رمضان فلم يغفر له (اخرجه اخمد وغيره وصححه البانى فى صحيح الترغيب 1680)
Artinya:  Merugilah orang yang mendapatkan bulan suci ramadhan sementara dosa-dosanya belum di ampuni (H.R Ahmad dan yang lainnya, serta di sahihkan albani dalam sahih al-targib 1680).
Sahabat yang mulia Abu Darda’ berusaha mendiskripsikan taqwa  dengan sebuah ungkapan yang yang menggambarkan hakikat taqwa, beliau mengatakan: Taqwa adalah jika seorang hamba takut kepada Allah subhanahu wata’la, sehingga takutnya itu pada hal yang sekecil biji sawi, bahkan sampai dia tinggalkan sesuatu yang ia melihatnya halal, karena takut akan berubah menjadi halal dan kemudian akan menjadi penghalang, sesungguhnya Allah subhanahu wata’la telah menjelaskan kepada hambaNya danpak akhir dari suatu perkara”Barang siapa yang berbuat kebajikan sebesar biji sawi dia akan melihatnya, dan barang siapa yang berbuat kejelekan sebesar biji sawi dia akan melihatnya”(Q.S Zilzalah 7-8).
Dalam ungkapan tersebut mengandung makna: janganlah anda meremehkan perbuatan baik sekecil apapun yang hendak anda kerjakan, dan jangan pula menganggap ringan sekecil bagaimanapun perbuatan buruk yang hendak anda tinggalkan, karena semua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari perbuatan tersebut.
Saudaraku..! kesempatan tidak datang dua kali, kesehatan berkurang dalam hitungan hari, dan ajalpun datang tanpa harus perminsi, kenapa tidak ramadhan kali ini bak ramadhan terakhir yang bisa kita lalui? agar kita berhati-hati bagaikan berjalan pada jalanan penuh duri, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya pendapatnya tentang taqwa, beliau balik bertanya kepada sang penanya: pernahkah anda melalui jalanan penuh duri? Penanya mengatakan ia, beliau kembali bertanya: apa yang kamu lakukan? Penanya mengatakan: jika saya melihat duri saya akan miringkan,jauhkan,atau pendekkan langkah saya, beliau mengatakan: itulah taqwa.

Semoga anda termasuk orang yang berpuasa dengan penuh kehati-hatian, mengerjakan kebajikan sekecil apapun dan meninggalkan maksiat seringan apapun, karena orang yang bahagia adalah orang yang bisa melaksanakan perintah menjauhkan larangan, semoga.

Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI 
                 Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar

No comments:

Post a Comment

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala Dari Abu Hurairah, ia berkata, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَ...