Potret mujahadah anda sa’at berpuasa
(mata rantai II nasehat ramadhan)
Jika
kita melihat dibulan yang penuh berkah
ini ada beberapa orang yang masih sempat nganggur dijalanan, main catur,
kebut-kebutan motor, banyak disibukkan dengan HP dll, maka sejatinya bagi
mereka adalah kehilangan makna mujahadah yang semestinya harus terukir
pada bulan yang mulia ini, betapa tidak mujahadah adalah tuntutan dan
kebutuhan, mujahadah adalah prinsif hidup, serta mujahadah adalah
perintah Allah subhanahu wata’ala. Dalam al-Qur’an kita , kita dapatkan
asal fi’il jaahada ( جاهد) dengan beberapa kata turunannya tersebut
kurang lebih sebanyak 25 kali, ini menjadi indikator bahwa mujahadah
dalam mengarungi kehidupan ini adalah bersifat absolut.
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dan mengeluarkan upaya maksimal untuk
menggapai kebaikan dan jalan lurus yang telah ditetapkan. Karenanya seorang mujaahid
senantiasa dituntut untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya guna
mendapatkan apa yang di dambakan, baik dengan menggunakan waktu luang,
beristinbath hukum dalam agama dengan kadar intelektua yang dimilikinya bahkan
tidak jarang dengan kontak fisik melawan musuh bila itu dibutuhkan. Dengan
makna yang luas seperti inilah dalam sebuah hadistnya yang diriwayatkan Imam
ahmad dan di sahihkan syekh al-bani Nabi salallahu a’alaihi wasallam bersabda :
المجاهد من جاهد نفسه فى طاعة الله والمهاجر من هاجر الخطيئة والذنوب
Artinya
: Seorang mujahid adalah orang yang bisa memujahadahkan dirinya dalam
melaksanakan keta’atan kepada Allah dan seorang Muhajir adalah orang yang bisa
hijrah dari segala kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya.
Dalam
bulan ramadhan, orang yang paling merugi adalah mereka yang tertegah dan tidak
bisa melaksanakan keta’atan dan kebaikan, sebagaimana sabda beliau “ barang
siapa yang tertegah dari kebaikan pada bulan ini maka sungguh dia telah
benar-benar tidak mendapatkan kebaikan” Mujahadah yang di inginkan
dari seorang muslim saat berpuasa adalah bagaimana dia memanfaatkan setiap
detik yang ia lalui dibulan ini dengan hal-hal yang diridoi rabbnya.
Adalah
dalam sejarah generasi terbaik umat ini terdapat suri tauladan dan contoh
mencengangkan dan bahkan hanpir tidak diterima akal, tentang mujahadah
mereka dibulan yang berkah ini, tapi seperti itulah faktanya, dan sepertinya
zaman ini, sulit untuk kembali memiliki
manusia-manusia hebat seperti mereka, sejenak kita mendengar bagaimana Imam
syafi’I di bulan ramadhan mengkhatam
al-Qur’an setiap tiga hari, Imam Bukhari manpu menyelesaikan setiap dua hari,
dan Ustman bin Affan setiap malamnya.
Ibnu
umar pernah menceritakan masa kecilnya, saat shalat bersama Nabi, beliau mengatakan:
suatu ketika saya shalat bersama beliau, ia memulai bacaannya dengan surah
al-baqarah, saya pikir dia akan rukuk sehabis itu, tapi beliau membaca ali
imran, saya pikir dia akan rukuk setelah itu, tapi dia memulai lagi dengan
surat an’am hingga saya memeiliki pikiran yang kurang baik kala itu, perawi
mengatakan kepada beliau, pikiran apa yang anda miliki saat itu, beliau
mengatakan saya akan meninggalkannya.
Sisi
lain kehidupan mereka dibulan ramadhan juga tidak bisa dianggap ringan,
tercatat pada tanggal 17 ramadhan tahun II hijrah, terjadi peperangan besar
antara pasukan muslimin dengan kaum musyrikin, walau jumlah sangat tidak
berimbang namun keyakinan kepada Allah yang demikian kuat dengan ketawaqqalan
yang sempurna, Allah subhanahu wata’ala memberikan kemenangan telak terhadap
pasukan Islam, perang tersebut adalah perang badar al-kubra, peristiwa
bersejarah tersebut dibadikan al-Qur’a surah ali imran: 123, hal yang sama
terjadi pada tanggal 20 ramadhan tahun VIII dari hijrah beliau, dengan kekuatan
penuh lebih dari 10 000 bala tentara beliau mengepung kota makkah, dimana kala
itu nyaris tidak mendapatkan perlawanan, jelaslah kala itu antara yang hak dan
yang bathil. Peristiwa dahsyat tersebut dikenal dengan fathu makkah atau
terbukanya kota mekkah.
Demikianlah
sedikit dai se-bukit dan setumpuk dari se-gunung rentetan peristiwa besar dan
berat yang dilakoni para mujahid sejati dikalangan genarasi pertama, semuanya
mereka lakukan pada bulan ramadhan, menjadi jelaslah bahwa ramadhan bukan bulan
untuk bermalas-malasan dan bersantai ria, namun bulan untuk beramal, berkarya
dan mengukir sejarah indah, dan tidak akan baik akhir ummat ini kecuali menapak
tilas jejak mereka qaulan wa amalan. Semoga bermanfaat
Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI
Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar
No comments:
Post a Comment