Thursday, June 8, 2017

KEMERDEKAAN NKRI DAN ISLAM

Euforia kemerdekaan terasa hangat menyelimuti bumi pertiwi, seluruh anak negeri mengekspresikan kemerdekaan  dengan beragam cara, bangsa indonesia memang  patut bersyukur atas anugerah kemerdekaannya, bahwa kemerdekaan yang dinanti dan menjadi dambaan masyarakat bukanlah bersifat instan, melainkan melalui sebuah proses panjang dan perjuangan yang melelahkan, entah berapa darah suci yang harus tersimbah, berapa jiwa-jiwa pemberani yang harus melayang demi meraih kemerdekaan tersebut, karenanya kewajiban para anak bangsa dan pengisi kemerdekaan memainkan perannya masing-masing untuk mewujudkan dan menanamkan arti kemerdekaan pada setiap individu, lebih-lebih terhadap tunas muda harapan bangsa. Dengan tetap menghormati dan mendoakan para pejuang, benarlah adigium yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para pejuang nya , dan Nabi shalallhu alaihiwasallam menegaskan” tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur pada manusia”.
Islam sebagai agama mayoritas di indonesia, mengambil peran yang sangat penting dalam kancah perebutan kemerdekaan NKRI, para pejuang yang gagah berani dari kaum muslimin dan Ulamanya,  terukir dengan tinta emas bahwa mereka adalah bagian dari badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan republik Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal  1 maret 1945. Sebut saja misalkan Kohar Moezakkir, Agus salim dan yang lainnya, merupakan inisiator dari BPUPKI, yang tentunya menjadi embrio dan cikal bakal dari kemerdekaan empiris bangsa Indonesia. Tercatat setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di indonesia, umat islam dengan para ulamanya terus gigih melawan penjajah, muncullah kala itu gerakan sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Ulama sebagai elite agama Islam memimpin umat melawan kezoliman penjajah.
Dari berbagai wilayah muncul perlawanan tanpa pamrih, di Aceh muncul perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku Cik Ditiro,Teuku Umar,Cut Nyak Din dan yang lain, di Sumatra barat muncul perang padri dipimpin Imam Bonjol, perlawanan KH Hasan dari Luwu sulawesi, Gerakan rakyat oleh Gunawan dari Muara tambesi Jambi, Gerakam 3 Haji di dena Lombok, Gerakan Haji Aling Kuning di Sambiliung kaltim, Gerakan Muning di Banjarmasin, gerakan Rifa’iyyah di pekalongan, gerakan KH Wasit di Cilegon, Perlawanan KH Jenal Ngarib di Kudus, Perlawanan KH Ahmad Darwis dari Kudu, perlawanan Kyai Dermojo dari Nagnjuk dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari berbagai perlawanan yang mereka hadapi sesungguhnya pihak belanda telah benar-benar goyah kekuasaannya, sebagai bukti, tiga perlawanan, rakyat aceh, Sumatra barat dan Java Oorlog (Dipanegara) telah menumbangkan 8000 tentara belanda dan 20.000.000 Gulden kas kolonial habis. Demikianlah perjuangan Islam dan kaum Muslimin demi terwujudnya kemerdekaan yang  di nanti dan negara kesatuan republik Indonesia yang kita cintai.  Jika demikian adanya maka tidak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa bangsa ini memiliki “hutang moril pada Islam” karena Islam belum sepenuhnya mendapatkan haknya yang layak pada negeri yang besar ini.
Alih-alih bisa melaksanakan hukum Islam secara Kaaffah, seperti yang di inginkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, dan seperti makna hakiki dari sebuah kemerdekaan, malah berbagai stigma negatif  akhir-akhir ini seringkali dialamatkan kepada Islam.
Berusaha melaksanakan sunnah Rasulullah shalalallahu alaihiwasallam yang memiliki hujjah dan argument yang tidak diragukan pun seperti memelihara jenggot , celana di atas mata kaki, menyebut kata-kata syirik, bid’ah dan yang sejenisnya, mengenakkan hijab syar’ie bagi muslimah akan langsung dikatakan sebagai aliran keras, kaum fundamentalis, wahhabi dan yang lainnya, bahkan tidak jarang akan dikatakan teroris.
Saudaraku…dimanakah arti sebuah kemerdekaan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan ajaran agamanya? Bukankah Islam juga memiliki peran yang sangat penting dalam terbentuknya republik ini?. Dimanakah respon terhadap panggilan Ilaahi “ wahai orang-orang yang  beriman, segeralah menjawab panggilan Allah dan rasul-Nya apabila mereka mengajak mu terhadap sesuatu yang menjadikan kamu hidup dengan sebenarnya ”.Dimanakah kewajiban kita ta’at kepada Allah dan Rasul-nya sebagai konsekuwensi dari syahadah yang kita Ucapkan?, Wahai orang-orang yang beriman ta’atlah kepada Allah dan Rasul dan kepada pemegang urusan diantara kalian/pemerintah. Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata’ala menegaskan “ Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku maka kalian akan dicintai oleh Allah”.
Kita sepakat jikalau terorisme dan berbagai bentuk radikalisme adalah bukan dari Islam, bahkan  Rasul yang mulia mencontohkan bagaimana moderasi Islam diantara dua kubu yang  berlebihan(guluw) dan meremehkan(tafrith), gelar sosial al-amiin (orang yang sangat terpercaya) beliau raih sebelum diangkat menjadi Nabi dan rasul ,beliaulah yang dikenal sebagai bapak yatim dan pemerhati para janda serta orang-orang miskin. 
Jika kita mengakui bahwa kemerdekaan bangsa ini sejatinya adalah karunia dari Allah subhanahu wata’ala, maka seyogyanya kita mengisi kemerdekaan  dengan ta’at pada perintah Allah subhahanahu wata’ala seraya mengikuti sunnah rasulullah shalallhu alaihiwasallam, agar indonesia menjadi negeri yang gemah ripah loh jenawi menuju baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.





 Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI 
                 Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar

sumber poto :  
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f1/Indonesia_declaration_of_independence_17_August_1945.jpg
https://68.media.tumblr.com/9cd6c2d8b9e19699cb4e8d130e14be48/tumblr_nackgjJRlG1qd71mwo5_1280.jpg




No comments:

Post a Comment

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala Dari Abu Hurairah, ia berkata, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَ...