Suatu saat
Allah subhanahu wata’ala pernah menawarakan sebuah amanah kepada tujuh petala
langit, bumi serta gunung, namun mereka
semua tidak bersedia, tanpillah manusia dengan segala kekurangannya mengemban
amanah yang berat tersebut, jika saja gunung setinggi Himalaya dan sebesar Semeru
tidak sanggup mengemban amanah dipastikan ada hal berat dan tanggung jawab
besar dibalik pembebanan tersebut.
Dialektika amanah dalam al-Qur’an yang demikian tranparan
dapat kita jumpai dalam surah al-Ahzab ayat 72 yang artinya; Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
Pantaslah jika ciri khusus orang-orang yang beruntung dan
mendapat petunjuk adalah yang manpu memelihara amanah ; “ Dan orang-orang
yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.(al-Mukminun;8),
itulah kemudian menjadi penyebab seorang muslim senantiasa diharuskan
memberikan amanat kepada ahlinya: “. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(an-Nisa; 58)
Amanah bisa
direfresentasikan dalam bentuk semua tanggung jawab manusia tentang urusan
dunia dan akhiratnya, amanah juga bisa berbentuk pemberian dan pemeliharaan
hak-hak kepada siapa saja yang memiliki
keterkaitan, imam al-Qurthubi mengatakan; “Amanah mencakup semua rutinitas
dan tanggung jawab dalam agama menurut pendapat yang shahih dari pendapat yang
ada” karena hal tersebut maka amanah adalah cermin akhlak yang mulia dalam
Islam dan merupakah sifat istimewa para nabi dan rasul.
Bukankah Nabi
kita yang Mulia shalallahu alaihi wasallam digelari al-Amiin (orang amanah)
sebelum beliau menjadi nabi dan rasul?bukankah Abu Sufyan yang kala itu masih
masih belum Islam mengakui keamanahan seorang Muhammad kala ditanya Hiraqlius raja romawi? Jawabannya adalah ia,
mengindikasikan kepada kita bahwa amanah adalah sifat spesial seorang mukmin
yang harus kita junjung tinggi selama hayat dikandung badan.
Dalam sebuah hadist yang dishahihkan
oleh ahli hadistnya abad ini, syekh Muhammad Nashiruddin al-bani, Nabi
shalallhu alaihi wasallam bersabda :
عن عبد الله بن عمرو ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال اربع اذا كن فيك فلا عليك ما فاتك من
الدنيا حفظ امانة وصدق حديث وحسن خليقة وعفة فى طعمه (اخرجه احمد وصححه الالبانى
2\370)
Artinya; Empat hal jika
ini engkaume milikinya, biarlah engkau luput apapun didunia ini, manpu
memelihara amanah,memiliki ucapan yang jujur, menghiasi dirinya dengan akhlak
yang baik, dan hati-hati dengan makanan.(H.R Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-bani dalam silsilah al-ahadist as-shahihnya 2\370
Anak selain sebagai pelipurlara dan
penyejuk jiwa, serta
perhiasan dunia terindah, demi Allah juga
adalah amanah yang harus
kita pelihara, asupan nutrisi yang cukup untuk perkembangan fisiknya harus kita
berikan, sebagaimana wajibnya kita mengajari meraka ilmu Agama dan ilmu lainnya
yang bermanfaat dan mendukung keintelektualan mereka sebagai manusia, bahkan ilmu
pengenalan tentang rabbnya dan ilmu agama sangatlah perinsip, lebih utama dari segalanya, Imam Ahmad mengatakan; Kebutuhan
manusia terhadap ilmu, lebih penting dari makan dan minumnya, ia butuhkan makan
dan minum paling hanya dua atau tiga kali sehari namun ilmu ia butuhkan pada
tiapkali ia menghela nafas.
Seorang Murabbi
dan Ulama kenamaan, Imam al-Gazali mengatakan; Ketahuilah bahwa anak kecil
adalah amanah dipundak orang tuanya, hatinya yang masih suci adalah mutiara
yang belum terkontaminasi berbagai goresan dan noda, karena itu sangat
memungkinkan untuk berbagai goresan,,,jika dibiasakan dengan kebaikan iapun
akan terbiasa, kemudian berbahagialah didunia dan akhiratnya, dan akan
senantiasa menyertainya dalam kebahagian tersebut orang tua, guru dan
pendidiknya, namun jika ia dibiasakan dengan kebiasaan yang buruk, bahkan dilalaikan
bak binatang iapun akan hancur dan merugi, dosa kemudian akan menjadi tanggung
jawab walinya, bagaimana tidak, Allah subhanahu wata’ala berfirman; “wahai
orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluarganmu dari api neraka”
(at-Tahrim;6) seyogyanya sebagaimana sang bapak memelihara dia dari api dunia
maka api akhirat lebih utama (ihya ulumuddin, 3/72)
Demikian juga
dikatakan seorang ulama terkemuka abad ke 7, Ibnul Qayyim; Siapapun yang
melalaikan pendidikan yang bermanfaat untuk anaknya, ia tinggalkan mereka
sendirian sungguh telah menyakiti mereka, seringkali kita temukan kerusakan
yang terjadi pada anak karena orang tuanya tidak memperdulikan mereka, ia tidak
mengajarkan kepada mereka pelajaran agama yang wajib bagi mereka dan yang
sunnah, mereka disia-siakan dan tidak dimanfaatkan waktu kecil,akhirnya
merekapun menyia-nyiakan orang tua mereka kala besar, sebagaimana sebagian
diantara mereka mencela orang tuanya dengan mengatakan ; wahai bapak anda dulu
durhaka kepadaku waktu kecil maka sayapun durhaka kepada anda setelah saya
besar, anda sia-siakan saya waktu kecil saat besarpun saya akan menyia-nyiakan
anda.
Subhanallah…! Penulis berkeyakinan
tidak ada seorangpun diantara kita yang ingin putra-putrinya seperti anak
durhaka tersebut, sebaliknya kita berharap dan berdoa anak keturunan kita akan
menjadi generasi emas, amiin dalam memikul amanah, ikhlas dalam menjalankan
ubudiyah, tegar dalam menjalankan sunnah, penghafal kitabullah, serta menjadi
asset terbesar orang tua dan Ummah.
Langkah yang tepat dalam mendasari
keilmuan anak-anak kita adalah memulai dengan mengajarkan dan mengenalkan
kepada mereka Al-Qur’an sebagaimana ungkapan dari putra ulama kenamaan Fakhruddin
al-Razi beliau mengatakan; Bapakku tidak memperbolehkan aku belajar apapun
kecuali belajar al-Qur’an terlebih dahulu pada Fadl bin Sazan al-Razi,
demikianlah karena al-Qur’an adalah induk dari semua ilmu yang ada, ketika
penguasaan terhadap induk sudah berhasil maka terhadap yang lainnya insya Allah akan
menjadi lebih mudah.
Pesantren
‘Aisyah sumbawa yang dirancang khusus bagi remaja putri, memiliki komitmen
untuk membentengi anak didiknya dengan ilmu agama yang bersumber dari al-Qur’an
dan as-Sunnah sebagai wujud pemeliharaan terhadap amanah yang sering terabaikan.
Wassalam.
Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI - Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar
Photo by : http://www.imgbase.info/images/safe-wallpapers/photography/sky/11655_sky_clouds.jpg
Photo by : http://www.imgbase.info/images/safe-wallpapers/photography/sky/11655_sky_clouds.jpg
No comments:
Post a Comment