Sunday, June 4, 2017

AMANAH YANG SERING TERABAIKAN

Pembaca as-shiddiq yang selalu dirahmati Allah
Suatu saat Allah subhanahu wata’ala pernah menawarakan sebuah amanah kepada tujuh petala langit, bumi  serta gunung, namun mereka semua tidak bersedia, tanpillah manusia dengan segala kekurangannya mengemban amanah yang berat tersebut, jika saja gunung setinggi Himalaya dan sebesar Semeru tidak sanggup mengemban amanah dipastikan ada hal berat dan tanggung jawab besar dibalik pembebanan tersebut.
Dialektika amanah dalam al-Qur’an yang demikian tranparan dapat kita jumpai dalam surah al-Ahzab ayat 72 yang artinya;  Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
Pantaslah jika ciri khusus orang-orang yang beruntung dan mendapat petunjuk adalah yang manpu memelihara amanah ; “ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.(al-Mukminun;8), itulah kemudian menjadi penyebab seorang muslim senantiasa diharuskan memberikan amanat kepada ahlinya: “. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(an-Nisa; 58)
Amanah bisa direfresentasikan dalam bentuk semua tanggung jawab manusia tentang urusan dunia dan akhiratnya, amanah juga bisa berbentuk pemberian dan pemeliharaan hak-hak  kepada siapa saja yang memiliki keterkaitan, imam al-Qurthubi mengatakan; “Amanah mencakup semua rutinitas dan tanggung jawab dalam agama menurut pendapat yang shahih dari pendapat yang ada” karena hal tersebut maka amanah adalah cermin akhlak yang mulia dalam Islam dan merupakah sifat istimewa para nabi dan rasul.
Bukankah Nabi kita yang Mulia shalallahu alaihi wasallam digelari al-Amiin (orang amanah) sebelum beliau menjadi nabi dan rasul?bukankah Abu Sufyan yang kala itu masih masih belum Islam mengakui keamanahan seorang Muhammad kala ditanya  Hiraqlius raja romawi? Jawabannya adalah ia, mengindikasikan kepada kita bahwa amanah adalah sifat spesial seorang mukmin yang harus kita junjung tinggi selama hayat dikandung badan.
Dalam sebuah hadist yang dishahihkan oleh ahli hadistnya abad ini, syekh Muhammad Nashiruddin al-bani, Nabi shalallhu alaihi wasallam bersabda :
عن عبد الله بن عمرو ان رسول الله صلى الله عليه وسلم  قال اربع اذا كن فيك فلا عليك ما فاتك من الدنيا حفظ امانة وصدق حديث وحسن خليقة وعفة فى طعمه (اخرجه احمد وصححه الالبانى 2\370)
Artinya; Empat hal jika ini engkaume milikinya, biarlah engkau luput apapun didunia ini, manpu memelihara amanah,memiliki ucapan yang jujur, menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik, dan hati-hati dengan makanan.(H.R Ahmad dan dishahihkan oleh Al-bani dalam silsilah al-ahadist as-shahihnya 2\370
Anak selain sebagai pelipurlara dan penyejuk jiwa, serta perhiasan dunia terindah, demi Allah juga adalah amanah yang harus kita pelihara, asupan nutrisi yang cukup untuk perkembangan fisiknya harus kita berikan, sebagaimana wajibnya kita mengajari meraka ilmu Agama dan ilmu lainnya yang bermanfaat dan mendukung keintelektualan mereka sebagai manusia, bahkan ilmu pengenalan tentang rabbnya dan ilmu agama sangatlah perinsip,  lebih utama dari segalanya, Imam Ahmad mengatakan; Kebutuhan manusia terhadap ilmu, lebih penting dari makan dan minumnya, ia butuhkan makan dan minum paling hanya dua atau tiga kali sehari namun ilmu ia butuhkan pada tiapkali ia menghela nafas.
Seorang Murabbi dan Ulama kenamaan, Imam al-Gazali mengatakan; Ketahuilah bahwa anak kecil adalah amanah dipundak orang tuanya, hatinya yang masih suci adalah mutiara yang belum terkontaminasi berbagai goresan dan noda, karena itu sangat memungkinkan untuk berbagai goresan,,,jika dibiasakan dengan kebaikan iapun akan terbiasa, kemudian berbahagialah didunia dan akhiratnya, dan akan senantiasa menyertainya dalam kebahagian tersebut orang tua, guru dan pendidiknya, namun jika ia dibiasakan dengan kebiasaan yang buruk, bahkan dilalaikan bak binatang iapun akan hancur dan merugi, dosa kemudian akan menjadi tanggung jawab walinya, bagaimana tidak, Allah subhanahu wata’ala berfirman; “wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluarganmu dari api neraka” (at-Tahrim;6) seyogyanya sebagaimana sang bapak memelihara dia dari api dunia maka api akhirat lebih utama (ihya ulumuddin, 3/72)
Demikian juga dikatakan seorang ulama terkemuka abad ke 7, Ibnul Qayyim; Siapapun yang melalaikan pendidikan yang bermanfaat untuk anaknya, ia tinggalkan mereka sendirian sungguh telah menyakiti mereka, seringkali kita temukan kerusakan yang terjadi pada anak karena orang tuanya tidak memperdulikan mereka, ia tidak mengajarkan kepada mereka pelajaran agama yang wajib bagi mereka dan yang sunnah, mereka disia-siakan dan tidak dimanfaatkan waktu kecil,akhirnya merekapun menyia-nyiakan orang tua mereka kala besar, sebagaimana sebagian diantara mereka mencela orang tuanya dengan mengatakan ; wahai bapak anda dulu durhaka kepadaku waktu kecil maka sayapun durhaka kepada anda setelah saya besar, anda sia-siakan saya waktu kecil saat besarpun saya akan menyia-nyiakan anda.
Subhanallah…! Penulis berkeyakinan tidak ada seorangpun diantara kita yang ingin putra-putrinya seperti anak durhaka tersebut, sebaliknya kita berharap dan berdoa anak keturunan kita akan menjadi generasi emas, amiin dalam memikul amanah, ikhlas dalam menjalankan ubudiyah, tegar dalam menjalankan sunnah, penghafal kitabullah, serta menjadi asset terbesar orang tua dan Ummah.
Langkah yang tepat dalam mendasari keilmuan anak-anak kita adalah memulai dengan mengajarkan dan mengenalkan kepada mereka Al-Qur’an sebagaimana ungkapan dari putra ulama kenamaan Fakhruddin al-Razi beliau mengatakan; Bapakku tidak memperbolehkan aku belajar apapun kecuali belajar al-Qur’an terlebih dahulu pada Fadl bin Sazan al-Razi, demikianlah karena al-Qur’an adalah induk dari semua ilmu yang ada, ketika penguasaan terhadap induk sudah berhasil maka terhadap yang lainnya insya Allah akan menjadi lebih mudah.
Pesantren ‘Aisyah sumbawa yang dirancang khusus bagi remaja putri, memiliki komitmen untuk membentengi anak didiknya dengan ilmu agama yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai wujud pemeliharaan terhadap amanah yang sering terabaikan.

Wassalam.

Sumber :  Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI - Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar
Photo by : http://www.imgbase.info/images/safe-wallpapers/photography/sky/11655_sky_clouds.jpg

No comments:

Post a Comment

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala Dari Abu Hurairah, ia berkata, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَ...