Sunday, June 4, 2017

AGAR RAMADHAN TAK SEKEDAR PUASA

Jika saja aku mengetahui, ramadhan kali ini adalah terakhir yang bisa kulaksanakan, lalu setelah itu, ajal menghanpiriku tanpa perminsi, ditandai dengan dahsyatnya sakaratul maut merenggut nyawaku, terbayanglah saat itu kemana perjalanan hendak berlangsung, belum lagi gelap dan sempitnya kubur yang siap menghinpit tulang belulangku, maka dipastikan ramadhan ku saat ini akan kumanfaatkan dengan dengan maksimal, takkan kubiarkan ada detik berlalu dengan sia-sia, takkan rela waktu luang yang tidak terisi dengan ibadah, akan kuwujudkan siang puasa dan menahan diri dari hal yang diharamkan, malam untuk kiamul lail atau shalat malam dengan airmata berderai, karena mengingat akan nikmat yang demikian banyak telah kuterima, sementara ibadah dan amalanku penuh dengan kemalasan.
Pembaca as-shiddiq yang budiman, perasaan seperti itulah yang acapkali melandasai ibadah yang dilakukan para pendahulu kita, generasi emas para sahabat, dan kurun istimewa para tabi’in dan setelahnya, maka tak heran sebuah ungkapan khusus buat mereka dalam beribadah, “malam harinya bagaikan rahib dalam pusaran biara, disiang hari semangat membara bak pasukan berkuda”(ruhbaanun billaili, furasaanun binnahaari) tidak seperti kita yang lebih pantas untuk dikatakan “ Hemar disiang hari dan bangkai dimalam hari”(hemaarun binnahaar , jiifatun billaili).
Lihat saja ketika para sahabat mendengar nasihat yang sangat menggugah dari rasulullah shalallhu alaihiwasallam, hati mereka menjadi bergetar, air matapun bercucuran mambasahi pipi mereka mengatakan” ya Rasulullah sepertinya ini adalah nasihat terakhirmu, tolong nasehati kami”(H.R Tirmizi dan si shahihkan al-Abani). Demikian juga pada momentum haji wada’(haji terakhir) yang dikerjakan rasulullah shalallhu alaihi wasallam, saat itu beliau merasa jika tidak akan menemui lagi sahabat dan umatnya sebanyak itu, beliaupun mengatakan” Barangkali saya tidak bertemu lagi dengan kalian setelah hari ini(H.R Ad-darimi).
Yang mulia shalallhu alaihiwasallam berpesan kepada kita jika hendak shalat’(shalatlah kalian bagaikan shalatnya orang yang mau berpisah.(H.R Ahmad dan dihasankan oleh al-Albani dengan akumulasi sanadnya). Dan masih banyak lagi ungkapan yang serupa, mengajarkan kepada kita  bahwa menghadirkan perasaan seolah akan berpisah dalam ibadah kita, akan menjadi energi positif yang akan mendorong girah dalam ibadah, sekaligus mendobrak rasa malas dan bosan yang seringkali menyelimuti kita.
Indahnya puasa didunia, memang tidak didapati semua orang, juga tidak akan lama dalam kehidupan ini, sementara kesempatan untuk ibadah dan berbuat kebaikan hanya dalam hitungan singkat, itulah sebabnya Muaz bin Jabal saat pertarungannya dengan sakaratul maut,(semoga Allah merahmati dan mengasihani kita saat sakaratul maut), ia menangis, orang yang ada disekelilingnya bertanya wahai Muaz anda seorang sahabat yang mulia, dijanjikan surga, juga menangis disaat seperti ini? Beliau menjawab saya bukanlah menangis kecuali karena tiga hal; saya bakal tidak bisa lagi mengeringkan tenggorokanku(untuk berpuasa), saya bakal tidak bisa lagi shalat dimalam yang dingin, dan saya tidak bisa lagi menghadiri majlis ilmunya para ulama.
Taukah kita,,?Ma’la bin al-fadl mengisahkan orang –orang terdahulu bersimpuh memohon kepada Allah subhanahu wata’la selama enam bulan hanya untuk bertemu ramadhan,lalu enam bulan berikutnya mereka memohon agar amalannya dibulan ramadhan bisa diterima. Sebab itulah Ibnu Rajab mengatakan; “ditakdirkan bertemu ramadhan adalah nikmat dan karunia yang sangat besar”
Itulah mereka yang telah mendapatkan nikmatnya iman dan kelezatan dalam bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, dalam upaya menapak tilas jejak genarasi tersebut, dan untuk ramadhan kali ini penuh arti, berikut adalah beberapa renungan bersama dan harapan yang tergantung untuk menggali ruhushiyaam(ruh puasa) dan merealisasikan puasa penuh makna;
·         Jika saja pada tahun-tahun yang lalu kita berpuasa hanya sebagai penggugur kewajiban, malu sama yang lain, maka tahun ini kita berusaha mewujudkan sabda Rasul, barang siapa yang berpuasa benar-benar karena keimanan dan mengharap pahala, agar dosa dan kesalahan kita teranpuni.
·         Jika pada tahun yang sudah yang menjadi harapan kita bagaimana bisa berkali-kali mengkhatam al-Qur’an, kali ini berusahalah biar salah satu diantara khataman kita dibarengi dengan tadabbur dan memahami maknanya.
·         Biasanya gairah mengikuti jama’ah dimasjid hanya pada awal ramadhan, tahun ini insya Allah berusaha sepanjang bulan yang mulia mengikuti imam diawal takbiratul ihramnya
·         Kalau saja dulu kita khususkan ramadhan dengan kebaikan pada keluarga dan orang lain, maka tahun ini kita khususkan untuk memberi asupan yang memadai buat ruh kita, baik dengan lantunan ayat-ayat yang dibaca, halaqah kajian yang dihadiri, atau bertanya kepada para Ulama.
·         Dan jika dulunya kita hanya ta’at dan berbagi hanya di dibulan ramadhan,  tahun ini Insya Allah kita perbanyak walau diluar ramadhan.

Langkah berikutnya agar ramadhan kita tak sekedar puasa, adalah kita berbahagia dengan kedatangan bulan yang mulia ini , kebahagiaan seorang mukmin dengan datangnya bulan ramadhan sangatlah beralasan, karena ramadhan adalah ladang subur untuk bertani pahala yang distinasi panenya di akhirat kelak. Sebab itulah Nabi sallallahu alaihi wassalam jika ramadhan datang menghampiri, beliau menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, kegembiraan yang tidak pernah beliau sampaikan sebelumnya, beliau mengatakan; “akan datang keapada kalian ramadhan bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan kalian berpuasa kepadanya pintu surga terbuka lebar, dan pintu neraka tertutup rapat, setan terbelenggu, padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan siapa saja yang tertegah dari kebaikan yang ada padanya, maka sungguh ia memang tertegah dari berbagai kebaikan (Hr.ahmad dan yang lain)
Kebahagiaan seorang mukmin saat berpuasa bukan saja berupa kebahagiaan lahir namun juga kebahagiaan batin yang tidak terdapat pada bulan yang lain “untuk orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan bahagia saat datang waktu berbuka dan bahagia saat bertemu dengan rab nya dimana ia membawa pahala puasa yang sangat banyak”(H.R Muslim)
Tidaklah berlebihan jika di akhir tulisan ini kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala kebaikan dan keistiqamahan di bulan ramadhan, untuk tetap bisa melaksanakan ketaatan kepadaNya sebagaimana doa Yahya bin abi Kasir “ ya Allah selamatkanlah kami sampai bulan ramadhan dan selamatkanlah ramadhan kepada kami, engkau selamatkan dalam kondisi amalan yang di terima”
Selamat menunaikan Ibadah Puasa!

Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI 
                 Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar

photo by : http://4.bp.blogspot.com/-
IUbNinRvj1s/VYdJRAgJyjI/AAAAAAAACfk/IxRQbs55NXc/s640/bukapuasa.jpg

No comments:

Post a Comment

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala Dari Abu Hurairah, ia berkata, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَ...