Jika saja aku
mengetahui, ramadhan kali ini adalah terakhir yang bisa kulaksanakan, lalu
setelah itu, ajal menghanpiriku tanpa perminsi, ditandai dengan dahsyatnya sakaratul
maut merenggut nyawaku, terbayanglah saat itu kemana perjalanan hendak
berlangsung, belum lagi gelap dan sempitnya kubur yang siap menghinpit tulang
belulangku, maka dipastikan ramadhan ku saat ini akan kumanfaatkan dengan dengan
maksimal, takkan kubiarkan ada detik berlalu dengan sia-sia, takkan rela waktu
luang yang tidak terisi dengan ibadah, akan kuwujudkan siang puasa dan menahan
diri dari hal yang diharamkan, malam untuk kiamul lail atau shalat malam dengan
airmata berderai, karena mengingat akan nikmat yang demikian banyak telah
kuterima, sementara ibadah dan amalanku penuh dengan kemalasan.
Pembaca
as-shiddiq yang budiman, perasaan seperti itulah yang acapkali melandasai
ibadah yang dilakukan para pendahulu kita, generasi emas para sahabat, dan
kurun istimewa para tabi’in dan setelahnya, maka tak heran sebuah ungkapan khusus
buat mereka dalam beribadah, “malam harinya bagaikan rahib dalam pusaran
biara, disiang hari semangat membara bak pasukan berkuda”(ruhbaanun
billaili, furasaanun binnahaari) tidak seperti kita yang lebih pantas untuk
dikatakan “ Hemar disiang hari dan bangkai dimalam hari”(hemaarun binnahaar
, jiifatun billaili).
Lihat saja
ketika para sahabat mendengar nasihat yang sangat menggugah dari rasulullah shalallhu
alaihiwasallam, hati mereka menjadi bergetar, air matapun bercucuran
mambasahi pipi mereka mengatakan” ya Rasulullah sepertinya ini adalah
nasihat terakhirmu, tolong nasehati kami”(H.R Tirmizi dan si shahihkan
al-Abani). Demikian juga pada momentum haji wada’(haji terakhir) yang dikerjakan
rasulullah shalallhu alaihi wasallam, saat itu beliau merasa jika tidak
akan menemui lagi sahabat dan umatnya sebanyak itu, beliaupun mengatakan” Barangkali
saya tidak bertemu lagi dengan kalian setelah hari ini(H.R Ad-darimi).
Yang mulia shalallhu
alaihiwasallam berpesan kepada kita jika hendak shalat’(shalatlah kalian
bagaikan shalatnya orang yang mau berpisah.(H.R Ahmad dan dihasankan oleh
al-Albani dengan akumulasi sanadnya). Dan masih banyak lagi ungkapan yang
serupa, mengajarkan kepada kita bahwa
menghadirkan perasaan seolah akan berpisah dalam ibadah kita, akan menjadi
energi positif yang akan mendorong girah dalam ibadah, sekaligus mendobrak rasa
malas dan bosan yang seringkali menyelimuti kita.
Indahnya puasa
didunia, memang tidak didapati semua orang, juga tidak akan lama dalam
kehidupan ini, sementara kesempatan untuk ibadah dan berbuat kebaikan hanya
dalam hitungan singkat, itulah sebabnya Muaz bin Jabal saat pertarungannya
dengan sakaratul maut,(semoga Allah merahmati dan mengasihani kita saat
sakaratul maut), ia menangis, orang yang ada disekelilingnya bertanya wahai
Muaz anda seorang sahabat yang mulia, dijanjikan surga, juga menangis disaat
seperti ini? Beliau menjawab saya bukanlah menangis kecuali karena tiga hal; saya
bakal tidak bisa lagi mengeringkan tenggorokanku(untuk berpuasa), saya bakal
tidak bisa lagi shalat dimalam yang dingin, dan saya tidak bisa lagi menghadiri
majlis ilmunya para ulama.
Taukah
kita,,?Ma’la bin al-fadl mengisahkan orang –orang terdahulu bersimpuh memohon
kepada Allah subhanahu wata’la selama enam bulan hanya untuk bertemu
ramadhan,lalu enam bulan berikutnya mereka memohon agar amalannya dibulan
ramadhan bisa diterima. Sebab itulah Ibnu Rajab mengatakan; “ditakdirkan
bertemu ramadhan adalah nikmat dan karunia yang sangat besar”
Itulah mereka
yang telah mendapatkan nikmatnya iman dan kelezatan dalam bermunajat kepada
Allah subhanahu wata’ala, dalam upaya menapak tilas jejak genarasi
tersebut, dan untuk ramadhan kali ini penuh arti, berikut adalah beberapa
renungan bersama dan harapan yang tergantung untuk menggali ruhushiyaam(ruh
puasa) dan merealisasikan puasa penuh makna;
·
Jika saja pada tahun-tahun yang lalu kita berpuasa hanya sebagai penggugur
kewajiban, malu sama yang lain, maka tahun ini kita berusaha mewujudkan sabda Rasul,
barang siapa yang berpuasa benar-benar karena keimanan dan mengharap pahala,
agar dosa dan kesalahan kita teranpuni.
·
Jika pada tahun yang sudah yang menjadi harapan kita bagaimana bisa berkali-kali
mengkhatam al-Qur’an, kali ini berusahalah biar salah satu diantara khataman
kita dibarengi dengan tadabbur dan memahami maknanya.
·
Biasanya gairah mengikuti jama’ah dimasjid hanya pada awal ramadhan, tahun
ini insya Allah berusaha sepanjang bulan yang mulia mengikuti imam diawal
takbiratul ihramnya
·
Kalau saja dulu kita khususkan ramadhan dengan kebaikan pada keluarga dan
orang lain, maka tahun ini kita khususkan untuk memberi asupan yang memadai
buat ruh kita, baik dengan lantunan ayat-ayat yang dibaca, halaqah kajian yang
dihadiri, atau bertanya kepada para Ulama.
·
Dan jika dulunya kita hanya ta’at dan berbagi hanya di dibulan
ramadhan, tahun ini Insya Allah kita
perbanyak walau diluar ramadhan.
Langkah
berikutnya agar ramadhan kita tak sekedar puasa, adalah kita berbahagia dengan
kedatangan bulan yang mulia ini , kebahagiaan seorang mukmin dengan datangnya
bulan ramadhan sangatlah beralasan, karena ramadhan adalah ladang subur untuk
bertani pahala yang distinasi panenya di akhirat kelak. Sebab itulah Nabi sallallahu
alaihi wassalam jika ramadhan datang menghampiri, beliau menyampaikan kabar
gembira kepada para sahabatnya, kegembiraan yang tidak pernah beliau sampaikan
sebelumnya, beliau mengatakan; “akan datang keapada kalian ramadhan bulan
yang penuh berkah, Allah mewajibkan kalian berpuasa kepadanya pintu surga
terbuka lebar, dan pintu neraka tertutup rapat, setan terbelenggu, padanya
terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan siapa saja yang tertegah
dari kebaikan yang ada padanya, maka sungguh ia memang tertegah dari berbagai
kebaikan (Hr.ahmad dan yang lain)
Kebahagiaan
seorang mukmin saat berpuasa bukan saja berupa kebahagiaan lahir namun juga
kebahagiaan batin yang tidak terdapat pada bulan yang lain “untuk orang yang
berpuasa terdapat dua kebahagiaan bahagia saat datang waktu berbuka dan bahagia
saat bertemu dengan rab nya dimana ia membawa pahala puasa yang sangat banyak”(H.R
Muslim)
Tidaklah
berlebihan jika di akhir tulisan ini kita memohon kepada Allah subhanahu
wata’ala kebaikan dan keistiqamahan di bulan ramadhan, untuk tetap bisa
melaksanakan ketaatan kepadaNya sebagaimana doa Yahya bin abi Kasir “ ya Allah
selamatkanlah kami sampai bulan ramadhan dan selamatkanlah ramadhan kepada kami,
engkau selamatkan dalam kondisi amalan yang di terima”
Selamat
menunaikan Ibadah Puasa!
Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI
Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar
photo by : http://4.bp.blogspot.com/-
IUbNinRvj1s/VYdJRAgJyjI/AAAAAAAACfk/IxRQbs55NXc/s640/bukapuasa.jpg
Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar
photo by : http://4.bp.blogspot.com/-
IUbNinRvj1s/VYdJRAgJyjI/AAAAAAAACfk/IxRQbs55NXc/s640/bukapuasa.jpg
No comments:
Post a Comment